Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar



Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Berawal dari keprihatinan saya ketika melihat siswa yang baru saja keluar pintu sekolah disambut oleh orang tua dengan mengambil tasnya lalu bertanya tentang hasil Quiz nya hari ini. "dapat berapa Quiznya?" "kok bisa dapat segini?" "Pertanyaan ini kan gampang? tadi malam sudah belajar" bla bla bla.... dan pertanyaan lainnya. belum selesai sampai di situ, orang tua itu pun bertanya kepada guru yang bersangkutan dengan maksud memprotes bahwa jawaban anaknya itu masih masuk kategori benar dan seharusnya dapat poin (dengan nada yang sedikit menuntut). guru pun tidak bisa berbuat banyak kecuali meng'iya'kan.

Muka sang anak terlihat tegang, dan seakan tidak mau menjawab semua pertanyaan tadi. Anak ini pun menjadi tidak ekspresif dan cenderung takut jika mengungkapkan pendapatnya (ada kekhawatiran tersirat di wajahnya). lalu saya berfikir, enak kali ya klo tidak ada nilai. Siswa tidak tertekan dengan nilai, belajar menjadi lebh menyenangkan. Mungkin anak itu hanya satu dari sekian banyak siswa yang merasa sekolah bukan temat yang menyenangkan, nilai menjadi prioritas yang dapat di lihat, sedangkan perilaku anak tersebut kurang diperhatikan.

Hal ini pun bukan terjadi oleh orang tua yang sangat memperhatikan nilai, ternyata guru pun memiliki sudut pandang yang sama. Mereka akan merasa khawatir jika anak didiknya memiliki nilai di bawah KKM, khawatir dari pertanyaan orang tua, khawatir jika orang tua menganggap gurunya tidak bisa mengajar dengan baik… dan lain sebagainya.

Setelah 2 tahun bergabung dengan Sekolah Budi Luhur saya mulai melihat value yang diajarkan oleh sekolah Budi Luhur bisa dijadikan dasar bahwa pendidikan bukan melulu tentang nilai (angka) di raport yang bagus. Value ini lah yang akhirnya berkelanjutan dengan saya belajar lagi ke Sekolah Karakter dan mengikuti Kursus Online Indonesia-X bersama Prof. Renald Kasali. Buku-buku beliau juga sangat bagus untuk dibaca oleh guru, saya pun mewajibkan guru-guru untuk mengikuti kursus ini agar guru memiliki pandangan yang luas tentang arti pendidikan. Training in house kami lakukan untuk membuka mindset guru yang selama ini men”dewa”kan nilai. Guru harus bisa merubah perilaku siswa

Training guru kami lakukan secara berkala dengan berbagai bidang yang kami siapkan dengan baik. Guru ini pun bermacam-macam menanggapi teachers development ini, beberapa hanya sebagai syarat saja mengikuti training ini bukan sebagai sesuatu yang harus mereka kembangkan. Guru masa depan ini harus bisa terus berkembang dan bisa mengembangkan potensi diri dengan cara mengaplikasikan diri.
Setelah 1 tahun mempersiapkan konsep “Kebudiluhuran” agar dapat diaplikasikan oleh guru dan siswa, maka kamipun mensosialisaikan kepada orang tua tentang hal ini. Orang tua pun kami siapkan program parenting agar dapat singkron dengan pendidikan di Budi Luhur. Program Parentingpun kami rancang setiap 3 bulan sekali dengan mengundang pembicara dari berbagai tempat yang berkompeten di bidang (tumbuh kembang anak, kesehatan, media social, dll) yang ujungnya bermuara pada karakter.

Sekolah yang hebat adalah sekolah yang mampu mengembangkan potensi guru dengan cara mengaplikasikannya. Guru pasti memiliki keahlian pada bidangnya masing-masing baik secara akademis maupun non akademis. Ini yang sedang kami kembangkan agar guru mampu menularkan skill nya kepada guru lain disekolah lain. Cara ini pun sangat effecting untuk membentuk karakter guru yang CERDAS BERBUDI LUHUR. Motivasi dari dalam dan luar sangat penting, tauladan sangat dibutuhkan, inilah yang menjadi tantangan kita para pendidik masa kini.

Berbicara tentang karakter manusia membuat saya berkaca pada diri sendiri, apakah saya orang yang berkarakter? Atau apakah saya orang yang memiliki karakter?
Sebagai pendidik di Sekolah Dasar, sudah semestinya kita memperhatikan karakter anak didik kita disekolah. Pendidikan karakter sudah termasuk dalam kurikulum, bahkan terintegrasi dengan pelajaran namun masih tetap saja karakter menjadi pusat perhatian bagi banyak orang terutama orang tua. Orang tua yang sibuk bekerja menjadikan sekolah sebagai tempat yang mereka percayakan membentuk karakter anak mereka.

Pertanyaannya muncul kembali apakah guru-guru kita mampu membentuk karakter anak didik?
Apakah anak-anak di sekolah belajar karakter?
Apakah orang tua anak-anak mengajarkan nilai-nilai karakter di rumah?

Zaman yang berubah ini menjadikan pembentukan karakter menjadi lebih menantang. Pola berkomunikasi melalui gadget, social media yang menyita waktu, kumpul keluarga menjadi jarang dan seolah bisa digantikan dengan WA atau Video call.

Tidak mudah mengajarkan pendidikan karakter pada peserta didik yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan pola asuh. Mereka masing-masing membawa kebiasaan dan ilmu yang sudah diajarkan keluarganya. Padahal pendidikan karakter yang paling ampuh adalah tauladan dari guru dan orang tua. Nah ini yang sulit kita lakukan sebagai orang dewasa terkadang berfikir yang instan dan tidak mau repot, lupa jika kita sedang mengajarkan hal yang tidak baik pada anak didik kita.

Penguatan pendidikan karakter yang kami lakukan di sekolah adalah dengan memberikan pelajaran BPL (Budi Pekerti Luhur) selama 3 hari @ 1 jam pelajaran. Ditambah dengan project yang harus dikerjakan oleh keluarga di rumah.

Masing-masing komponen memiliki peran yang berbeda dalam pembelajaran nya. Guru yang paling terlihat disekolah oleh anak. Ini yang menjadi tantangan tersendiri dalam penguatan karakter disekolah. Guru yang notabenenya adalah manusia yang sudah berkarakter, yang karakternya sudah dibentuk menjadi dewasa. Tentu saja sudah memiliki nilai-nilai kehidupan yang mereka anut. Tidak mudah juga menyamakan persepsi, visi dan misi untuk dapat mencetak siswa yang berkarakter.

Di sekolah kami melakukan in house Training agar dapat menyamakan persepsi tentang mendidik siswa dengan baik dan benar. Bukan hanya itu, cara dan usahanya pun di rubah, tujuan pembelajarannya pun bukan mengejar nilai tetapi bagaimana siswa berusaha sebaik mungkin mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran akan semakin bermakna apabila anak-anak belajar dalam suasanan senang, tidak tertekan karena takut mendapatkan nilai kecil yang nantinya akan di tegur orang tuanya di rumah.
Beberapa hal yang berubah sejak kami berlakukan Budi Pekerti Luhut berbasis pendidikan karakter adalah:
a.         Tidak ada ranking di kelas
b.         Tidak memberikan nilai di kertas Ulangan (Evaluasi Mandiri).
c.          Raport Dinas tidak kami tunjukkan kepada orang tua selama 6 tahun (sampai mereka lulus).
d.         Raport yang kami berikan berupa progress report berupa indicator dan narasi.
e.         Pembelajaran Kebudiluhuran diberikan kepada anak setiap hari Senin, Selasa dan Rabu dengan penguatan membuat project yang harus dikerjakan oleh orang tua dan anak. Tujuannya agak ikatan orang tua dan anak semakin baik.
f.            Parenting kami berikan setiap 3 bulan sekali.
g.         Komunikasi dengan Classmoms (Komite Sekolah) rutin setiap 2 bulan sekali dan setiap ada acara besar disekolah.
h.         Kegiatan-kegiatan sekolah yang melibatkan orang tua dan dilaksanakan di hari Sabtu.

Anak memiliki keunikan masing dan kecerdasan masing-masing yang dapat terus berkembang. Anak-anak SD masih sangat suka bermain, sampai belajar pun ingin terus bermain. Hanya guru yang memiliki jiwa pendidik yang dapat memberikan pengajaran karakter. Anak-anak pun sudah mendapatkan pola asuh yang berbeda-beda di rumah, ini pun menjadi tantangan bagi pendidik disekolah. Anak-anak yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung mencari perhatian di sekolah. Anak-anak ini pun memiliki emosi yang tidak stabil. Di satu sisi anak-anak memiliki potensi yang sangat tinggi dengan bidangnya masing-masing. Untuk itu penting bagi pendidik untuk mengetahui multiple intelligences agar pendidik mampu mengarahkan potensi yang mereka miliki dengan fasilitas yang disediakan oleh sekolah.

Tantangan selanjutnya adalah teknologi (dalam hal ini berhubungan erat dengan Handphone, Ipad, Komputer, Internet) dan perkembangan informasi yang sangat cepat. Bukan perkembangan teknologinya yang harus kita hentikan atau kita block, namun bagaimana orang tua dapat mengedukasi anak-anaknya agar dapat memberika gadget sesuai dengan usianya, bagaimana anak mampu mendapatkan edukasi penggunaan gadget, dll.

Teknologi ini pun menarik untuk bisa menunjang pembelajaran karakter disekolah, informasi yang cepat dapat diketahui oleh orang tua tentang permasalahan di sekolah menjadikan teknologi ini cara ampuh untuk berkomunikasi. Sekolah Budi Luhur memanfaatkan youtube dan Instagram untuk menguatkan pembelajaran karakter. Siswa dan orang tua membuat video tentang mandiri dan bertanggung jawab dan memposting tulisan bijak yang mereka buat sendiri dan mereka posting di Instagram.

Tahun ajaran baru ini kami menerima banyak sekali orang tua yang bertanya system sekolah di sekolah kami, setelah kami jabarkan system sekolah kami yang tidak menekankan pada nilai akademis, banyak sekali orang tua yang merespon dengan baik. Orang tua sekarang sudah mulai banyak yang peduli dengan pentingnya membangun karakter sejak dini. Mereka pun mengalami masa-masa ketika mereka belajar yang di tuntut nilai tinggi oleh orang tua mereka. Para orang tua yang datang ke sekolah kami banyak pula yang bertanya bagaimana kami bisa melihat progress anak kami setelah belajar disekolah. Ini bisa dilihat dari keseharian anak jika.

Proses seleksi pun kami lakukan dengan interview agar kami dapat memberikan yang terbaik kepada peserta didik kami. Kesamaan visi dan misi antar sekolah dan orang tua sangat penting, ini dilakukan agar pada prosesnya nanti selama 6 tahun, pembelajaran anak dan program yang dilakukan oleh sekolah mendapat dukungan 100%. Sungguh tidak mudah membentuk karakter anak di usia SD ini, namun saya YAKIN sangat bisa dilakukan. Dan akan menjadi sangat sulit dilakukan jika anak sudah di level SMP dan SMA, walaupun kemungkinanya bisa dilakukan.

Demikian tulisan dan upaya yang saya dan sekolah lakukan agar pendidikan di Indonesia semakin baik bukan hanya cerdas secara akademis namun juga berBUDI LUHUR. Salam Budi Luhur.



Komentar